Ini peluang untuk Indonesia, pembuatan solar cell (alat untuk pembangkit listrik tenaga surya) kedepan bisa menggunakan bahan baku dari tembakau. Hal tersebut nantinya akan menekan harga panel surya karena produksinya akan jauh lebih murah.
Tembakau bisa dijadikan solar cell (pembangkit listrik tenaga surya)? Kok bisa?
Matt Francis dari UC Berkeley menyuntikkan virus Tobacco Mosaic Virus (TMV) pada pohon tembakau muda. Ketika tanaman ini tumbuh, virus mulai menghasilkan banyak chromophores. Chromophores merupakan bagian sel yang mampu menghasilkan elektron berenergi tinggi dengan bantuan sinar matahari. Chromophores-chromophores ini sangat ajaib karena dapat mengatur diri sedemikian rupa sehingga jarak antar dua chromophores cukup jauh untuk membuat arus listrik tetap mengalir tetapi cukup dekat sehingga elektron-elektron tetap dapat terkumpul. Susunan ajaib ini sangat cocok untuk solar cell.
Setelah tanaman tembakau menjadi dewasa, susunan (struktur) ajaib chromophores kemudian diekstrak dan dilarutkan dalam suatu cairan. Cairan ini disemprotkan pada plastik atau kaca. Dan jadilah solar cell. Ini merupakan penemuan luar biasa karena tembakau yang selama ini kita kenal dengan produk rokok yang dapat merusak paru-paru dan berbagai penyakit pernapasana lainnya, kini tembakau bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik yang sangat murah.
Perlu diketahui bahwa peneluman solar cell dari tembakau hanya satu bagian dari kemajuan riset-riset pada solar cell. Di Harvard, dikembangkan alat fotosintesis buatan (publikasi Feb 2015). Fotosintesis buatan ini mampu mengubah energi matahari menjadi energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan kemudian digunakan untuk memecah molekul air jadi oksigen dan hidrogen. Oksigen dikumpulkan, sedangkan hidrogennya direaksikan dengan karbondioksida menghasilkan bahan bakar cair (isopropanol) untuk berbagai keperluan.
Salah satu peneliti dari Indonesia, Prof. Dr. Arief Suriadi Budiman (Chief Scientist Center for Solar Photovoltaics Materias and Technology, prodi Physics Energy Engineering Surya Univ) saat ini di MIT sedang melakukan riset bersama professor disana mengenai solar cell. Prof. Arief baru menerbitkan bukunya "Probing Crystal Plasticity at the Nanoscales Synchrotron X-ray Microdiffraction" di penerbit terkenal Springer. Menurut Prof. Arief ke depannya solar cell akan murah sekali. Ini juga dikatakan oleh Prof. David Mendels ahli nanoteknologi dari Surya Univ.
Sebagai negara tropis, kita harus bersukacita menyambut era solar cell murah ini. Kalangan akademisi dan praktisi harus saling bahu-membahu membangun negeri sesuai bidang yang ditekuninya, saling mendukung dan melengkapi. Hal tidak kalah pentingnya, pemerintah juga perlu manfaatkan peluang besar ini. Jangan sampai putra-putri terbaik bangsa yang briliant tak tersalurkan bakatnya. Ketiga elemen pemerintah - akademisi - praktisi harus bersinergi dan segera mengawali kemajuan Nusantara.
Proses pembuatan sel surya (solar cell) dengan virus tembakau |
Matt Francis dari UC Berkeley menyuntikkan virus Tobacco Mosaic Virus (TMV) pada pohon tembakau muda. Ketika tanaman ini tumbuh, virus mulai menghasilkan banyak chromophores. Chromophores merupakan bagian sel yang mampu menghasilkan elektron berenergi tinggi dengan bantuan sinar matahari. Chromophores-chromophores ini sangat ajaib karena dapat mengatur diri sedemikian rupa sehingga jarak antar dua chromophores cukup jauh untuk membuat arus listrik tetap mengalir tetapi cukup dekat sehingga elektron-elektron tetap dapat terkumpul. Susunan ajaib ini sangat cocok untuk solar cell.
Setelah tanaman tembakau menjadi dewasa, susunan (struktur) ajaib chromophores kemudian diekstrak dan dilarutkan dalam suatu cairan. Cairan ini disemprotkan pada plastik atau kaca. Dan jadilah solar cell. Ini merupakan penemuan luar biasa karena tembakau yang selama ini kita kenal dengan produk rokok yang dapat merusak paru-paru dan berbagai penyakit pernapasana lainnya, kini tembakau bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik yang sangat murah.
Perlu diketahui bahwa peneluman solar cell dari tembakau hanya satu bagian dari kemajuan riset-riset pada solar cell. Di Harvard, dikembangkan alat fotosintesis buatan (publikasi Feb 2015). Fotosintesis buatan ini mampu mengubah energi matahari menjadi energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan kemudian digunakan untuk memecah molekul air jadi oksigen dan hidrogen. Oksigen dikumpulkan, sedangkan hidrogennya direaksikan dengan karbondioksida menghasilkan bahan bakar cair (isopropanol) untuk berbagai keperluan.
Salah satu peneliti dari Indonesia, Prof. Dr. Arief Suriadi Budiman (Chief Scientist Center for Solar Photovoltaics Materias and Technology, prodi Physics Energy Engineering Surya Univ) saat ini di MIT sedang melakukan riset bersama professor disana mengenai solar cell. Prof. Arief baru menerbitkan bukunya "Probing Crystal Plasticity at the Nanoscales Synchrotron X-ray Microdiffraction" di penerbit terkenal Springer. Menurut Prof. Arief ke depannya solar cell akan murah sekali. Ini juga dikatakan oleh Prof. David Mendels ahli nanoteknologi dari Surya Univ.
Potensi bahan baku solar cell dengan tembakau di Indonesia |
Supaya Kamu bisa dapet materi lebih banyak, Admin cuman minta LIKE & SHARE website ini. Biar Admin tambah semangat gitu... :)
0 comments:
Post a Comment